Wednesday, April 30, 2008

Mengapa Perlu Bercuti ke Neraka?




Semasa saya berada di ruang makan bersama dengan rakan sekerja di tempat kerja. Satu perbualan yang menarik berlaku.
“Have you been to India?” tanya rakan saya
“No, why? Is there’s something special?” saya bertanya kembali.
“You should go there, you can see many poor people and their living condition. I purposely took a train journey to see the villages, especially children and there are living like hell,” jawap rakan saya.
“Why should I go there? Well, I think I don’t want to ge there, otherwise I will cry seeing all those poor children,” balas saya dengan nada yang besahaja.
“You should go there, and feel it,” yakin rakan saya dengan bersungguh-sungguh.
“Mmmmmm” balas saya dengan nada yang tidak menyakinkan. Saya tidak pasti dan tidak mengerti mengapa rakan saya begitu berminat untuk bercuti di tempat yang dia rasakan seperti neraka.

Mengapa perlu kita melihat keperitan dan kesusahan orang lain, sedangkan kita sedar yang kita tidak mampu mengubah apa-apa?

Patutkah kita berasa bersalah tiap kali mengingat sesuatu yang kita tidak patut melihat?
Kita boleh memilih untuk bercuti di tempat yang menarik, nyaman dan aman, mengapa perlu melihat tempat yang bagaikan neraka?

Saya masih lagi tidak mendapat jawapan yang betul-betul menyakinkan mengapa perlu saya ke sana. Ya, mungkin kita boleh menjadi seorang yang lebih bersyukur dengan apa yang ada pada diri kita dan menghargai persekitaran dan orang-orang yang disayangi, namun alasan itu masih lagi belum cukup menyakinkan saya untuk bercuti ke neraka.

Kemudian, saya mendengar satu presentation dari rakan trainer tentang paradigm shift. Yaitu perubahan dalaman secara drastik yang dapat mengubah persepsi dan pandangan pada satu sudut yang bertentangan.

Ramai orang mengalami paradigm shift tampa mereka sedari. Contohnya saya beberapa kali saya bertemu dengan lelaki yang berubah ke arah positif secara drastik disebabkan ditinggalkan oleh kekasih atau isteri yang amat disayangi. Saya juga pernah berjumpa dengan seorang pelukis yang berjaya setelah kehilangan satu-satunya anak perempuan yang disayangi.

Sekirannya peristiwa itu tidak berlaku, mungkin mereka tidak akan berubah untuk selama-lamanya. Tetapi harga yang patut dibayar untuk berubah ke arah positif; bercita-cita tinggi dan bekerja dengan penuh keazaman adalah amat mahal. Sesuatu yang tidak dapat dibeli dan ditukar ganti. Ia akan sentiasa bermain dalam fikiran dan akan termendak dalam hati untuk selama-lamanya.

Kemudian, saya mulai berfikir, sekirannya perubahan itu sungguh bermakna dan menjadi salah satu daya tolak (forces) yang sangat kuat. Bagaimana untuk mencipta paradigm shift agar kita dapat menolak diri kita dengan kuat (push factors) supaya kita dapat berubah menjadi seorang yang bercita-cita tinggi dan berazam kuat tampa kehilangan seorang yang disayangi atau mengalami peristiwa yang buruk?

Ya, jawapannya adalah pada rakan sekerja saya! Mengapa dia begitu bersungguh-sungguh mempromosi neraka? Setelah bercuti di sana, persepsi, pandangan dan cara dia berfikir berubah. Dia sebenarnya mengalami paradigm shift ! Dan dia ingin berkongsi pengalaman itu bersama dengan saya. Sememangnya dia sudah berjaya menyakinkan saya untuk bercuti ke neraka.

1 comment:

ceteris paribus said...

What your friend has undergone cis just a perception change not a paradigm shift.The term "paradigm shift" means a major change in a certain thought-pattern — a radical change in personal beliefs, complex systems or organizations, replacing the former way of thinking or organizing with a radically different way of thinking or organizing. His visit to India and cahnge in percetion of the poor people and their sufferings, doesnt mean his whole thinking and behavior has changed.

The other thing it's wrong to use the word hell in this context. Nobody knows what's in hell or how it looks like. We only know hell through the Holy Quran and the description is worst than what's happening in India. So u can't just equate hell and India.

The suggestion to travel and see things is good one. I have travelled half of the world. Even now, i'm having vacation in Provincetown, Massachusetts US. This town, apparently is a gay town, becuase only Massachusetts allows gays to marry. Men and men holding hands and walking in the city. Motels, bars and shops are owned by gays. This doesnt mean, this is hell. But it just widens our perception about the world. The Provincetown is a nice place, beatiful beaches, whale watching, good sea-food. Even the gays are nice to u. (By the way i'm not a gay myself, to put things in perspective)

You cannot make conclusion about things so fast. Seeing things alone doesnt give the right to make interpretations. The poor may be they are happy than the richer ones who are living like a hell.

Anway, keep writing, i just follow your blog. Visit my blog.. cointegrated.blogspot.com